Secara sederhana, Writer’s Block adalah suatu keadaan di
mana seorang penulis tidak dapat membuat sebuah karya tulis karena keterbatasan
ide atau malah tidak memiliki ide sama sekali. Pikirannya buntu, otaknya tidak
dapat berpikir, dan jari-jemari hanya bisa menempel di atas keyboard tanpa dapat melakukan apa-apa.
Keadaan ini membuatnya jadi mirip dengan istilah Presque Vu, yakni keadaan saat di mana kamu tau sebuah benda/orang,
kamu benar-benar tau tapi tidak bisa mengucapkannya, rasanya pikiranmu itu
sudah berada di ujung lidah, namun sayang tak dapat direalisasikan.
Jangan merasa
rendah atau bodoh ketika mengalami Writer’s Block karena seyogyanya orang yang
tidak pernah gagal adalah orang yang tidak pernah mencoba. Itu artinya, orang
yang tidak pernah mengalami gejala Writer’s Block adalah orang yang tidak
pernah menulis.
Semua orang yang
senang menulis tentu pernah mengalami ini, termasuk saya sendiri yang sampai
sekarang hanya mampu menjual tulisan (mendapat uang, red) sekali saja. Ugh, that’s so mean, bruh!
Oke langsung saja.
Secara pribadi (benar-benar orisinil dan tidak menyontek dari google), ada beberapa hal yang membuat
seseorang mengalami writer’s block, di antaranya;
a) Sibuk dengan tugas
Saking
pikiran ini hanya sibuk dengan mengerjakan macam-macam tugas dari tenaga
pendidik, kita jadi tidak dapat meluangkan waktu untuk sekadar mengetik sebuah
tulisan. Pikiran yang tadinya ingin mencoba menuangkan ide, malah harus
terforsir untuk mengerjakan tugas-tugas yang menumpuk.
b) Ide yang tidak orisinil
Seringkali
kita mencoba untuk memaksakan diri membuat sebuah ide yang orisinil, namun
sayang kita tidak memiliki cukup ide yang bagus. Ketika ide kita ternyata sudah
bagus, kita justru takut bahwa ide kita sebenarnya sudah pernah ada, sudah
pernah dibuat orang lain, sehingga kita merasa jika ide ini menjadi hasil
imitasi dari orang lain.
c) Kreativitas dan Inovasi yang terhambat
Dikutip
dari perkataan dosen kewirausahaan, inovasi adalah ide-ide atau gagasan baru,
sedangkan kreativitas adalah hasil dari ide-ide atau gagasan tersebut. Namun
sayang sekali, kita berusaha menjadi orang yang kreatif, tapi tidak memiliki
sebuah inovasi. Saya kebetulan punya seorang kawan yang sudah lama tidak
menulis kisah fiksi, saking lamanya, ia sampai tidak menemukan ide untuk
menulis lagi. Hal ini terjadi karena karya lamanya yang dulu dielu-elukan
banyak orang kini sudah lapuk dimakan waktu, sudah tidak sesuai dengan tren
masa kini, sudah tidak seru lagi. Ia merasa tak memiliki inovasi untuk
menghidupkan kembali karyanya yang hampir mati.
d) Anti mainstream
Kepuasaan
pembaca adalah salah satu dari banyak tujuan seseorang untuk menulis. Saya
pribadi juga takut jika karya yang saya ciptakan ternyata sudah mainstream sehingga membuat para pembaca
merasa bosan, padahal masih banyak di luar sana para penulis muda yang memulai
debutnya dengan tema cerita yang itu-itu saja. Pernah ada sebuah lomba menulis
nasional yang diadakan di kampus, tapi saya tidak jadi mengikutinya karena
takut karya saya sudah mainstream.
Saat antologi cerpen itu keluar, ada satu cerita yang membuat saya menghela
napas. Tidak sampai satu halaman, saya sudah bisa menebak kemana cerita ini
akan berlabuh. Di situ saya berpikir egois, “Duh,
kalau karya yang begini saja bisa diterbitkan, mengapa saya tidak mencoba
mengirim naskah dulu?”
e) Tidak memiliki bank kosakata
Orang-orang
yang suka menulis sudah pasti senang membaca literatur. Jadi, bagaimana jika
seseorang tidak suka membaca tapi suka menulis? Itu mustahil, karena apa yang
kita tulis adalah hasil dari apa yang kita baca. Kita mendapatkan banyak
kosakata dari berbagai bacaan, dari situ kita mengasah diri untuk memiliki bank
kosakata, namun seseorang yang tidak suka membaca tidak mungkin dapat menulis
dengan lincah, tentunya karena dia tidak cukup memiliki bank kosakata itu
sendiri.
f) Memaksa diri menciptakan diksi yang memukau
“Jika kita menjadi peragu,
kapan kita akan maju?”
Ini
adalah satu dari sekian kutipan kalimat dengan diksi yang menurut saya sangat
indah. Kalimatnya memang sederhana, tapi ini membuat saya berusaha untuk terus
bangkit dari keraguan. Diksi ini menjadi indah karena menggunakan sajak a-a
yang sederhana namun membuat saya terpikat.
Saya
sering sekali memaksakan diri untuk menciptakan diksi yang bagus, karena bagi
saya yang egois ini diksi adalah segalanya. Banyak cerpen yang bahkan tidak
sampai 1000 kata memiliki ratusan komentar positif karena terkagum-kagum pada
diksinya yang indah. Ketika kita mencoba melakukan hal yang sama, kita justru
tidak bisa mengetik dan ketika kita mengetik, kita sendiri menjadi salah dalam
menganalogikan suatu karya sastra.
g) Tidak dapat menulis di keramaian
Ide
menjadi tidak keluar karena banyak tekanan dari luar yang menyerang.
Orang-orang bertanya apa yang sedang kau
lakukan, kau sedang menulis ya, wah tulisanmu bagus, namun bukan
kepercayaan diri yang kita dapat, melainkan rasa gugup sampai-sampai membuat
kita tak dapat menulis lagi. Kita yang tadinya memiliki segudang ide, tiba-tiba
merasa tak dapat menulis lagi akibat komentar banyak orang. Saya tidak suka
tulisan saya dinilai sebelum benar-benar selesai, makanya saya tidak terbiasa
menulis di keramaian.
Lalu, bagaimana
mengatasinya? Berikut tips murni dari pengalaman saya. Silahkan dibaca!
a) Tidurlah
Jika
anda sedang berada di kamar namun mengalami writer’s block, maka tidurlah.
Jangan lakukan hal apapun yang memberatkan pikiran anda. Tidur membuat pikiran
rileks, tidur melemaskan otot-otot yang kaku, ketika anda terbangun maka
pikiran anda akan rileks kembali, hal ini membantu anda untuk kembali berpikir
dengan jernih. Lalu bagaimana jika anda berada dalam keramaian? Hentikan
kegiatan menulis anda, bersosialisasilah dengan teman-teman, lupakan sejenak
tulisan anda dan fokuskan pikiran dengan berbicara bersama teman-teman anda.
b) Dengarkan musik
Belajar
sambil menyetel musik akan membuat fokus anda terpecah menjadi dua, sehingga
anda jadi tidak bisa mengerjakan tugas dengan benar. Bahkan seringkali ketika
mengerjakan tugas sambil bersenandung, kita malah menulis liriknya (bukan
jawaban dari soal yang dikerjakan). Cobalah dengarkan musik sambil menulis,
tapi kegiatan ini hanya bisa terjadi dalam beberapa sebab saja. Lagu yang anda
dengar haruslah lagu yang sejalan dengan tulisan anda, misalnya lagu tentang persahabatan.
Hal ini akan membantu anda untuk memahami arti persahabatan yang sesungguhnya,
sehingga tanpa sadar anda sudah menulis
makna persahabatan versi anda yang belum tentu di miliki orang lain. Sebagai
seorang wibu, saya senang menulis ulasan tentang anime. Coba saja dengarkan
lagu pengiring dari anime tersebut, maka anda akan dengan sangat mudah mengetik
karena terbawa arus dengan opening/ending
lagunya, sehingga tanpa sadar anda sudah menjiwai lagu tersebut.
c) Jangan memaksa, tapi belajarlah sedikit demi sedikit
Jangan
memaksakan diri untuk membuat tulisan yang bagus, karena tulisan yang bagus
selalu bermula dari tulisan yang jelek. Cobalah menulis tentang kegiatan anda
sehari-hari, niscaya anda akan terbiasa untuk membuat tulisan-tulisan lain yang
lebih menantang. Simpan ide anda dalam folder, simpan dalam buku, jangan pernah
menghapus tulisan anda sebagai penulis amatir. Anda akan terkejut melihat
perubahan tulisan anda dari waktu ke waktu dan itu akan membuatmu tersenyum
sambil berkata, “Wah, sepertinya aku
sudah banyak berubah.”
d) Membaca puisi
Ingin
memiliki diksi yang bagus, tapi tidak bisa, walhasil kena writer’s block.
Cobalah dengan membaca puisi, ada banyak diksi yang indah dalam selembar
panjang puisi. Puisi susah dimaknai, jika anda paham dan mengerti tentang
puisi, maka anda akan dengan mudah membuat diksi yang mudah dinikmati oleh
orang awam.
e) Observasi
Jangan
menjadi penderita writer’s block akut, keluarlah dan lakukan penelitian. Lihat
kebiasaan orang-orang di sekeliling anda, jadikan itu ide untuk melanjutkan
tulisan anda yang tertimbun di dalam folder.
f) Lakukan monolog dan banyak-banyaklah bereskpresi
Sebagai
pecinta anime bajakan, kita sering melihat si protagonis melakukan
monolog dengan dirinya sendiri (entah di dalam kelas, di atas kereta atau dalam
perjalanan). Orang yang biasa menonton anime akan terbiasa untuk banyak
berekspresi. Review tulisan anda
dalam otak anda, bicaralah sendiri, lihat apa kekurangan dalam tulisan anda,
jika anda kesal, menghela napaslah, jika anda senang, tertawalah. Jangan takut
dengan ucapan orang yang mengataimu gila, dia tidak tau kalau kita sedang
menelurkan sebuah ide brilian.
g) Menulislah selagi bisa
Sebelum
anda mulai merasakan virus writer’s block, segeralah menulis selagi anda bisa.
Ketik saja apa yang anda pikirkan, coret saja halaman terakhir buku anda dengan
tinta, jangan berhenti. Lakukan terus sampai anda sudah terjangkit virus yang
satu ini. Jangan beristirahat di saat-saat genting begini, anda lebih baik
merasa lelah untuk menulis banyak ide ketimbang lelah karena tidak dapat
menuangkan sebuah ide.
Ya, itulah tips
saya agar kalian semua bisa kembali semangat menulis. Dua tips tambahan dari saya
adalah banyak-banyaklah membaca buku, itu membuatmu menambah bank kosakata kata
yang keren-keren. Belajarlah bahasa asing, anda akan terlihat keren jika
mengutip kalimat menggunakan bahasa asing.
Sebagai tambahan,
ada tips mengatasi writer’s block yang saya dapatkan ketika mengikuti seminar
kepenulisan. Jangan diskip ya, nanti
anda menyesal!
a)
Dikutip dari Seminar Umum yang
diadakan oleh LPM MOMEN Fakultas Teknik Universitas Mataram pada Sabtu, 26
November 2016, bahwasanya tips untuk mengatasi writer’s block adalah jadikan
kata terakhir yang anda ketik sebagai “pintu” untuk mengetik kalimat
selanjutnya. Ketika anda bingung untuk melanjutkan tulisan anda dan sudah
sampai di titik, coba renungkan kata tersebut, biarkan otak anda
menganalisisnya. Pikirkan apa kata yang cocok untuk melanjutkan baris
berikutnya. Misalnya, anda mengetik, “Dia
pergi begitu saja dengan meninggalkan jutaan kenangan.” Coba renungkan kata
kenangan, apa yang bisa anda ciptakan
dengan kata kenangan. Kemudian
mulailah dengan menulis kembali, “Sudah
tak terbendung berapa banyak kenangan yang menampung otak kami, mulai dari
sosoknya yang humoris, perawakannya yang tinggi besar, tersesatnya kami di
hutan sampai ia menemukan jalan pintas, sikap penolongnya yang tidak bisa
melihat orang lain susah, hingga senyumnya yang membuatku merasakan debar yang
berbeda saat bersamanya. Hanya kami berdua, di sini, di tempat yang sama, di langit yang sama, bergandeng
tangan menatap bulan yang bersinar. Saat tau dia telah tiada, akupun tersadar
jika kami tak lagi berada di bawah langit yang sama.”
b)
Dikutip dari Seminar Nasional
yang diadakan oleh SKI AT-TAFAKKUR Fakultas MIPA Universitas Mataram pada
Minggu, 18 Desember 2016, dengan narasumber Ibunda Asma Nadia, beliau mengatakan kepada kami untuk mencicil tulisan
setiap harinya. Jika tidak sanggup membuat novel dalam deadline yang setipis benang, maka cobalah menulis sedikit demi
sedikit walau hanya dua ratus kata setiap harinya. Bukankah sedikit demi
sedikit lama-lama menjadi bukit?
c)
Masih sama, dikutip dari
Seminar Nasional yang diadakan oleh SKI AT-TAFAKKUR Fakultas MIPA Universitas
Mataram pada Minggu, 18 Desember 2016, dengan narasumber Tere Liye, ada tiga poin supaya kita tidak mengalami writer’s
block.
a)
Membacalah
Karena dengan membaca, kita mendapatkan
inspirasi baru. Tidak apa-apa tidak orisinil, yang penting kita memiliki niat
baik untuk menciptakan suatu karya meski hanya sebuah buku harian di dalam
laptop.
b)
Bepergianlah
Jangan hanya menjadi pecundang yang diam
di dalam kamar, beliau juga melakukan observasi dalam menulis novel-novelnya
yang maha dahsyat. Ia pergi ke berbagai pelosok negeri, mencari inspirasi lewat
keberagaman yang ada, keberagaman itu disatukan, sampai akhirnya lahirlah
berbagai macam karya yang mengundang banyak inspirasi.
c)
Bertemu/bertemanlah dengan
orang-orang bijak
“Saya
bukan orang bijak, jadi jangan tanya nasihat cinta dari saya.” Begitu kata beliau yang langsung membuat seisi gedung terbahak-bahak.
Ia juga membagi kisahnya ketika banyak remaja tanggung meminta nasihat-nasihat
cinta kepadanya, padahal beliau bukanlah siapa-siapa, dia hanya sudah memiliki
banyak pengalaman bertemu dengan orang-orang bijak dari berbagai pelosok
negeri—yang membagi kisah asmara hingga ajal datang menjemput. Orang bijak
adalah orang tuamu, guru-gurumu, dan orang-orang yang sudah melewati realitas
hidup yang berat. Tanyakan kepada mereka, minta nasihat untuk membuatmu maju
selangkah demi selangkah, setahap demi setahap lebih atas.
Itulah beberapa
penyebab dan cara mengatasinya yang murni dari hasil pengalaman saya bergelut di
dalam dunia tulis-menulis. Untuk diketahui, saya hanyalah seorang book reviewer dan author fiction, jadi jangan berharap saya bisa menulis hal-hal yang
bombastis seperti masalah perekonomian dunia. RIP anak ekonomi manajemen.
Semoga tulisan ini
bisa bermanfaat bagi kita semua, terlebih bagi kita yang sering mengalami
writer’s block. Untuk menutup tulisan kali ini, saya mengutip sebuah quote yang insyaallah membangkitkan semangat kita untuk terus menulis.
“Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang
akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakanmu di akhirat nanti.”
–Ali bin Abi Thalib
Terimakasih dan sampai jumpa.
Menanti
fajar,
Minggu,
11 Juni 2017
Terima kasih telah membaca artikel tentang Penyebab dan Cara Mengatasi Writer's Block di blog Ruru Project jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.